PENDAHULUAN
1.1
Kewirausahaan gambaran ringkas
1.1.1
Inti dan
Hakikat Kewirausahaan
Dalam kehidupan sehari-hari, masih banyak orang yang menafsirkan dan
memandang bahwa kewirausahaan identik dengan apa yang dimiliki baru dilakukan
“usahawan” atau “Wiraswasta”. Pandangan tersebut tidaklah tepat, karena jiwa
dan sikap kewirausahaan (entreprenevrship)
tidak hanya dimiliki oleh usahawan akan tetapi dapat dimiliki oleh setiap orang
yang berpikir kreatif dan bertindak inovatif baik kalangan usahawan maupun
masyarakat umum seperti petard karyawan, pegawai pemerintah, mahasiswa, guru,
dan pimpinan organisasi lainnya.
Kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar,
kiat, dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses. Inti dari
kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda
(create new and different) melalui berpikir kreatif dan bertindak inovatif
untuk menciptakan peluang. Banyak orang yang berhasil dan sukses karena
memiliki kemampuan berpikir kreatif dan inovatif. Karya dan
karsa hanya terdapat pada orang-orang yang berpikir kreatif. Tidak
sedikit orang dan perusahaan yang berhasil meraih sukses karena memiliki
kemampuan kreatif dan inovatif. Proses kreatif dan inovatif tersebut biasanya
diawali dengan memunculkan ide-ide dan pemikiran-pemikiran baru untuk
menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda. Sedangkan
dalam organisasi perusahaan, proses kreatif dan inovatif dilakukan melalui
kegiatan penelitian dan pengembangan (research
and development) untuk meraih pasar. Baik ide, pemikiran, maupun tindakan
kreatif tidak lain untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda. Sesuatu
yang baru dan berbeda merupakan nilai tambah barang dan jasa yang menjadi
sumber keunggulan untuk dijadikan peluang. Jadi, kewirausahaan merupakan suatu
kemampuan dalam menciptakan nilai tambah di pasar melalui proses pengelolaan
sumber daya dengan cara-cara baru dan berbeda, melalui: (1) Pengembangan
teknologi baru, (2) Penemuan pengetahuan ilmiah baru, (3) Perbaikan produk
barang dan jasa yang ada, (4) Penemuan cara-cara baru untuk menghasilkan barang
lebih banyak dengan sumber daya yang lebih efisien.
Kreativitas adalah kemampuan untuk mengembangkan ide-ide baru dan
cara-cara, baru dalam pemecahan masalah dan menemukan peluang (thinking new thing).
Sedangkan inovasi adalah kemampuan untuk menerapkan kreativitas dalam rangka
pemecahan masalah dan menemukan peluang (doing
new thing). Jadi, kreativitas adalah kemampuan untuk memikirkan sesuatu
yang baru dan berbeda, sedangkan inovasi merupakan kemampuan untuk melakukan
sesuatu yang baru dan berbeda. Sesuatu yang baru dan berbeda tersebut dapat
dalam bentuk hasil seperti barang dan jasa, dan bisa dalam bentuk proses
seperti ide, metode, dan cara. Sesuatu yang baru dan berbeda yang diciptakan
melalui proses berpikir kreatif dan bertindak inovatif merupakan nilai tambah (value added) dan merupakan keunggulan
yang berharga. Nilai tambah yang berharga adalah sumber peluang bagi wirausaha.
Ide kreatif akan muncul apabila wirausaha “look
at old and think something new or different”.
Sukses kewirausahaan akan tercapai apabila berpikir dan melakukan
sesuatu yang baru atau sesuatu yang lama dengan cara-cara baru (thing and doing new things or old thing in
new way) (Zimmer, 1996:51).
1.1.2
Jiwa
dan Sikap Kewirausahaan
Proses kreatif dan inovatif hanya dilakukan oleh orang-orang yang
memiliki jiwa dan sikap kewirausahaan, yaitu orang yang percaya diri (yakin,
optimis, dan penuh komitmen), berinisiatif (energik dan percaya diri), memiliki
motif berprestasi (berorientasi hasil dan berwawasan ke depan), memiliki jiwa
kepemimpinan (berani tampil berbeda), dan berani mengambil risiko dengan penuh
perhitungan (karena itu suka akan tantangan).
1.1.3
Proses
Kewirausahaan
Kewirausahaan diawali dengan proses imitasi dan duplikasi, kemudian
berkembang menjadi proses pengembangan, dan berakhir pada adalah proses
penciptaan sesuatu yang baru dan berbeda (inovasi). Tahap proses penciptaan
sesuatu yang baru dan berbeda itulah yang disebut tahap kewirausahaan. Tahapan
inovasi banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang berasal dari pribadi
maupun lingkungan. Faktor pribadi yang memicu kewirausahaan adalah motif
berprestasi, komitmen, nilai-nilai pribadi, pendidikan, dan pengalaman.
Sedangkan faktor pemicu yang berasal dari lingkungan pada masa inovasi adalah
peluang, model peran, dan aktivitas. Perilaku kewirausahaan merupakan fungsi
dari kopetensi, insentif, dan lingkungan.
1.1.4
Fungsi
dan Peran Wirausaha
Secara umum, wirausaha memiliki dua peran, yaitu sebagai penemu (inovator)
dan sebagai perencana (planner). Sebagai
penemu, wirausaha menemukan dan menciptakan produk baru, teknologi dan cara
baru, ide-ide baru, dan organisasi usaha baru. Sedangkan sebagai perencana,
wirausaha berperan merancang usaha baru, merencanakan strategi perusahaan baru,
merencanakan ide-ide dan peluang dalam perusahaan, dan menciptakan organisasi
perusahaan baru.
1.1.5
Ide
dan Peluang Kewirausahaan
Ide akan menjadi peluang apabila wirausaha bersedia melakukan evaluasi
terhadap peluang secara terus-menerus melalui proses penciptaan sesuatu yang
baru dan berbeda, mengamati pintu peluang, menganalisis proses secara mendalam,
dan memperhitungkan risiko yang mungkin terjadi. Untuk memperoleh peluang
wirausaha harus memiliki berbagai kemampuan dan pengetahuan seperti kemampuan
untuk menghasilkan produk atau jasa baru, menghasilkan nilai tambah baru,
merintis usaha baru, melakukan proses atau teknik baru, dan mengembangkan
organisasi baru.
1.1.6
Bekal
Pengetahuan dan Keterampilan Wirausaha
Selain bekal kemampuan, wirausaha juga perlu memiliki pengetahuan dan
keterampilan. Bekal pengetahuan yang harus dimiliki wirausaha meliputi: (1)
Bekal pengetahuan mengenai usaha yang akan memasuki/dirintis dan lingkungan
usaha yang ada, (2) Bekal pengetahuan tentang peran dan tanggung jawab, dan (3)
Bekal pengetahuan tentang manajemen dan organisasi bisnis. Sedangkan bekal
keterampilan yang harus dimiliki wirausaha meliputi: (1) Bekal keterampilan
konseptual dalam mengatur strategi dan memperhitungkan risiko, (2) Bekal
keterampilan kreatif dalam menciptakan nilai tambah, (3) Bekal keterampilan
dalam memimpin dan mengelola, (4) Bekal keterampilan berkomunikasi dan
berinteraksi, dan (5) Bekal keterampilan teknik usaha yang akan dilakukannya.
1.1.7
Merintis
Usaha Baru
Dalam dunia bisnis seperti sekarang ini, umumnya dikenal tiga cara untuk
memasuki suatu usaha bisnis, yaitu: (1) Merintis usaha baru sejak dari awal,
(2) Membeli perusahaan yang telah ada, (3) Kerja sama manajemen (franchising).
Untuk memulai usaha baru atau merintis usaha baru, modal utama yang
harus ada pertama kali adalah ide, baik itu ide untuk melakukan proses imitasi
dan duplikasi, ide untuk melakukan pengembangan, atau ide untuk menciptakan
sesuatu yang baru dan berbeda. Setelah ada ide, lakukan analisis kelayakan
usaha termasuk analisis kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman (strenght, weakness, opportunity, and
treath—SWOT).
Selanjutnya, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merintis
usaha baru, antara lain: (1) Bidang usaha dan jenis usaha yang akan dirintis,
(2) Bentuk usaha dan bentuk kepemilikan usaha dan jenis usaha yang akan
dipilih, (3) Tempat usaha yang akan dipilih, (4) Organisasi usaha yang akan
digunakan, (5) Jaminan usaha yang mungkin diperoleh, (6) Lingkungan usaha yang
akan berpengaruh. Untuk mengelola usaha tersebut harus diawali dengan (1)
Perencanaan usaha, (2) Pengelolaan keuangan, (3) Aksi strategis usaha, (4)
Teknik pengembangan usaha.
1.1.8
Etika
Berwirausaha
Terlepas dari tujuan berwirausaha yang bisa berbeda baik secara sosial
ataupun ekonomi, ada beberapa etika berwirausaha yang penting dan harus
diperhatikan, yaitu: (1) Kejujuran, (2) Integritas, (3) Menepati janji, (4)
Kesetiaan, (5) Kewajaran, (6) Suka membantu orang lain, (7) Menghormati orang
lain, (8) Warga negara yang baik dan taat hukum, (9) Mengejar keunggulan, dan
(10) Bertanggung jawab. Dalam konteks ekonomi maupun sosial, kejujuran,
integritas dan tepat janji merupakan modal sosial yang dapat menumbuhkan
kepercayaan dan memelihara hubungan baik untuk jangka panjang.
1.2
KOMPENTENSI KEWIRAUSAHAAN
Menurut Michael Harris (2000:19), kompetensi adalah: “... are underlying bodies of knowledge, abilities, experiences, and
other requirement nescessary to successfully perform the job”. Wirausaha
yang sukses pada umumnya ialah mereka yang memiliki kompetensi, yaitu seseorang
yang memiliki ilmu pengetahuan, keterampilan, dan kualitas individu yang
meliputi sikap, motivasi, nilai serta tingkah laku yang diperlukan untuk
melaksanakan pekerjaan/kegiatan. Wirausaha tidak hanya memerlukan pengetahuan
tapi juga keterampilan. Keterampilan-keterampilan tersebut di antaranya
keterampilan manajerial (managerial
skill), keterampilan konseptual (conceptual
skill) dan keterampilan memahami, mengerti, berkomunikasi, dan berelasi (human skill) dan keterampilan
merumuskan masalah dan mengambil keputusan (decision
making skill), keterampilan mengatur dan menggunakan waktu (time management skill), dan
keterampilan teknik lainnya secara spesifik. Akan tetapi memiliki pengetahuan
dan keterampilan saja tidaklah cukup. Wirausaha harus memiliki sikap positif,
motivasi, dan selalu berkomitmen terhadap pekerjaan yang sedang dilakukannya.
Kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan
individu (personality) yang langsung berpengaruh pada kinerja. Kinerja bagi
wirausaha merupakan tujuan yang selalu ingin dicapainya.
Skill x Knowledge
= Capability x Authority
= Competency x Commitment= Intellectual Capital
Pada bagian di atas tampak bahwa Intellectual
Capital = Competence x Commitment, artinya meskipun ia memiliki tingkat
pengetahuan yang tinggi apabila tidak disertai dengan komitmen yang tinggi,
maka wirausaha tersebut tidak akan dapat menggunakan modal intelektualnya.
Demikian pula, Competence = Capabillity x
Authority, artinya bahwa wirausaha yang kompeten adalah wirausaha yang
memiliki kemampuan dan wewenang sendiri dalam pengelolaan usahanya
(kemandirian). Wirausaha selalu bebas menentukan usahanya, tidak
tergantung pada orang lain. Selanjutnya, Capability
- Skill x Knowledge, artinya bahwa kapabilitas wirausaha sangat ditentukan
oleh pengetahuan dan keterampilan atau kecakapan. Pengetahuan, keterampilan
atau kecakapan yang dilengkapi dengan sikap dan motivasi untuk selalu
berprestasi membentuk kepribadian wirausaha.
Dalam dunia bisnis, yang disebut kompetensi inti (core competency) adalah kreativitas dan inovasi guna menciptakan
nilai tambah untuk meraih keunggulan, yang tercipta melalui pengembangan
pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan.
Pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan
merupakan kompetensi inti wirausaha untuk menciptakan daya saing khusus agar
memiliki posisi tawar-menawar yang kuat dalam persaingan.